Untung Gundul

[Tulisan ini pertama kali dimuat di Harian Kompas pada tanggal 24 Juli 2009.]

Terkadang saya bersyukur tak punya rambut di kepala. Selain tak perlu bingung menyisir helai-helai berhamburan, saya juga tak usah susah-payah mendengarkan omongan pemotong rambut yang terkesan dipaksa-paksa itu. Namun, alasan utama saya mensyukuri kebotakan saya ini: sukar mendapatkan sampo di Indonesia saat ini. Hampir mustahil sekarang memperoleh sampo. Yang ada hanya schampoo.

Lanjut membaca

Ihwal KBBI Edisi Keempat

[Tulisan ini pertama kali dimuat di Harian Kompas pada tanggal 3 Juli 2009.]

Setiba di rumah mertua di Blora beberapa saat lalu, ada hadiah berat yang menunggu saya: Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi terbaru. Kamus yang terdiri atas lebih dari 1.700 halaman ini sudah barang tentu menarik perhatian pakar bahasa di Indonesia. Telah diadakan pula sejumlah seminar dan sudah ditulis sejumlah makalah yang membahasnya dari pelbagai sudut. Tak jarang, sebagian dari pembahasan ini merupakan keluhan, entah itu keluhan atas kualitas kertas (yang lebih bagus daripada edisi-edisi terdahulu), harga (yang sering kali dinilai terlalu tinggi), entah penjelasan yang diberikan pada kata-kata tertentu. Sebagian orang merasa ada kata-kata dalam khazanah kebahasaan Nusantara yang belum masuk ke dalam kamus yang terdiri atas lebih dari 90.000 lema dan sublema ini.

Lanjut membaca