Untung Gundul

[Tulisan ini pertama kali dimuat di Harian Kompas pada tanggal 24 Juli 2009.]

Terkadang saya bersyukur tak punya rambut di kepala. Selain tak perlu bingung menyisir helai-helai berhamburan, saya juga tak usah susah-payah mendengarkan omongan pemotong rambut yang terkesan dipaksa-paksa itu. Namun, alasan utama saya mensyukuri kebotakan saya ini: sukar mendapatkan sampo di Indonesia saat ini. Hampir mustahil sekarang memperoleh sampo. Yang ada hanya schampoo.

Kata terakhir ini sama sekali tidak tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi mutakhir. Kata sampo, di pihak lain, terekam dan diartikan sebagai ’cairan untuk mencuci rambut dan kulit kepala, terbuat dari campuran tumbuhan atau zat kimia’. Terekam juga bentuk kata kerja, menyampo, dan bentuk kata benda yang bersifat proses, penyampoan. Sayangnya, kata-kata ini sungguh jarang atau sama sekali tak dipakai para perusahaan yang bergerak di bidang kebersihan rambut.

Tentu saja asal-usul schampoo dan sampo sama belaka. Hanya saja, sampo telah berterima sebagai bentuk Indonesia. Untuk menggambarkan sifat sampo-sampo yang ada di pasaran di Indonesia, ada juga sejumlah kata berbau Indonesia yang patut dipakai, tetapi lagi-lagi para produser sampo menempelkan sekelompok deskripsi berbahasa Inggris pada produk-produknya. Istri saya, misalnya, baru saja saya belikan sebotol Nutritive Schampoo dengan Advance Care Complex, entah apa itu. Buat anak-anak (atau kids, menurut botolnya), saya membeli yang beraroma strawberry (bukan stroberi, bentuk yang telah mengindonesia). Dalam botol mereka ada juga conditioner, mungkin bisa diartikan sebagai penghalus rambut.

Meski tak membutuhkan sampo, badan saya ini memerlukan sabun kala mandi. Namun, ternyata sabun pun susah dicari di Indonesia. Adanya hanya sejumlah body wash dan body foam. Seperti halnya dengan botol-botol sampo di atas, botol-botol ini juga ditempeli sejumlah sifat berbahasa Inggris. Sabun saya, misalnya, disebut hydrating, sedangkan sabun sang istri adalah indulgent. Sabun untuk kids kami bersifat foaming, dan di kamar mandi kami terdapat sebotol facial foam.

Semua kata ini tidaklah—atau jangan-jangan belum—dimasukkan ke dalam KBBI edisi ke-4. Kata sabun, di pihak lain, tersua setelah lema sabuk jingga, dan diartikan sebagai ’bahan yang dapat berbuih, digunakan untuk mandi, mencuci pakaian, piring, dan sebagainya, biasanya berupa campuran alkali, garam, dan natrium’. Terekam juga di situ kata gabungan sabun mandi dan sabun wangi yang memiliki arti yang sama, juga kata kerja menyabun, menyabuni, menyabunkan, bersabun, dan kata benda bersifat proses, penyabunan. Entah kenapa, kata-kata Indonesia ini tidak dihiraukan produser sabun.

Tulisan di belakang botol-botol sampo dan sabun di Indonesia juga bisa dikatakan cukup kacau. Selain dibumbuhi sejumlah kata Inggris yang dapat dipastikan tidak dapat dipahami masyarakat luas. Huruf kecil dan huruf besar digunakan secara tidak ajek, dan pada hampir setiap botol terdapat kalimat yang tak lengkap dan keliru.

Sarjana bahasa Indonesia yang menganggur pasti banyak. Begitu pula uang yang dikantongi perusahaan sampo dan sabun di negeri yang 200 juta orang mandi dua kali per hari ini. Mbok, sebagian dari uang itu digunakan untuk mempekerjakan beberapa sarjana bahasa Indonesia.

Andre Moller Penyusun Kamus Swedia-Indonesia, Tinggal di Swedia

3 pemikiran pada “Untung Gundul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *