Teh Es dan Es Teh

[Tulisan ini pertama kali dimuat di Harian Kompas pada tanggal 6  Juli, 2013.]

Sebelumnya saya pernah menyinggung kesulitan yang dihadapi seseorang yang ingin memesan segelas jus jeruk di Indonesia. Minuman ini seolah-olah tidak dapat menjelma di sebuah restoran, rumah makan, hotel, atau warung di Nusantara kalau tidak dirujuk dengan kata-kata berbahasa asing. Ini cukup aneh mengingat jus mangga, jus pepaya, dan jus-jus lain dengan gampang bisa didapatkan, dan begitu juga dengan segelas orange juice. Kalau pembaca yang budiman tidak percaya, silakan coba memesan segelas jus jeruk pada malam Minggu nanti. Dan kalau berhasil, Anda mesti menerima tantangan berikutnya: memesan segelas jus jeruk di dalam pesawat. Itu pasti mustahil!

Seperti judul kolom bahasa ini mengisyaratkan, bukanlah jus jeruk yang hendak dibahas di sini. Yang ingin saya kedepankan adalah minuman yang digemari di mana-mana di Indonesia dan bisa didapatkan di setiap sudut kota: es teh. Anda, seperti saya, pasti sudah ratusan atau bahkan ribuan kali pernah memesan minuman menyegarkan ini. Namun, mengapa namanya es teh? Mengapa tidak disebut teh es? Kita kan mengenal teh hangat, teh manis, teh pahit (walau teh tanpa gula biasanya cukup susah dipesan), teh tawar, dan seterusnya. Susunan kata dalam contoh-contoh ini menunjukkan bahwa kata sifat (hangat, manis, pahit, tawar) didahului oleh kata benda (teh), dan ini tentu saja adalah susunan kata yang lumrah dalam bahasa Indonesia.

”Anda pengin teh apa? Teh hangat? Teh manis? Atau barangkali teh es?” Kita pasti akan salah menelan nasi perkedelnya kalau dapat pertanyaan ini. Alasannya tidak lain selain es teh ini bukan sejenis teh dalam benak-benak kita, melainkan sejenis es. Dengan demikian, es teh sekeluarga dengan es dawet, es cendol, dan seterusnya. Kalau kami menganggap es teh sebagai sejenis teh yang sekeluarga dengan teh hangat, teh manis,dan seterusnya, maka kami mesti menyebutnya teh es. Selain penjelasan ini, dapat kami mengira bahwa bahasa Inggris juga memainkan peran kecil dalam ucapan ini (bandingkan dengan ice tea).

Begitu pula, minuman yang (hampir) tidak kalah popularitasnya, es jeruk, kita anggap sebagai sejenis es yang sekeluarga dengan es teh. Di lain pihak, kalau hujan turun dan begitu pula suhunya, maka kita bisa memesan segelas jeruk hangat, yang dengan demikian kita anggap sebagai sejenis jeruk.

Anak-anak saya lebih suka minum air putih dengan es batu sewaktu di Indonesia, barangkali karena minuman inilah yang paling berhasil menurunkan suhu badan sejenak dan menyegarkan kembali seluruh tubuh. Minuman ini saya duga cukup jarang dipesan di Indonesia dan, dengan demikian, tidak selalu gampang menentukan apakah minuman ini adalah sejenis air atau sejenis es. Kalau ia disebut air es, maka kita menganggapnya sebagai sejenis air, sedangkan kalau disebut es air kita menganggapnya sebagai sejenis es. Saya biasanya menganggapnya sebagai sejenis air.

Minuman yang semakin populer adalah es kopi. Seperti dapat dilihat dari susunan kedua kata ini, minuman ini kita anggap sebagai sejenis es, padahal saya cenderung menganggapnya sebagai sejenis kopi. Barangkali dapat diduga bahwa minuman yang cukup ”baru” ini meminjam namanya dari bahasa Inggris juga: ice coffee.Ketika sampai di Bandara Soekarno-Hatta (saya menolak Soeta atau Soetta), saya mau mencoba memesan segelas kopi es. Nanti saya kabarkan hasilnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *