Secara Terpisah

[Tulisan ini pertama kali dimuat di Harian Kompas pada 27 Mei, 2017]

Ketika saya membaca koran berbahasa Indonesia atau menonton TV Indonesia (mengapa RRI masih begitu susah disimak secara daring?), saya sering mendengar istilah secara terpisah. Biasanya si wartawan menghubungi seorang pakar dan setelah itu secara terpisah ia menghubungi seorang pakar lain yang mendukung ataupun membantah pendapat pakar pertama. Bisa juga, pakar pertama menyatakan sesuatu, dan secara terpisah pakar kedua menyatakan hal yang sama ataupun hal terbalik. Menurut saya, istilah secara terpisah ini memiliki dua masalah: secara dan terpisah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara ini memiliki sejumlah arti. Arti yang paling cocok di sini ada “dengan cara; dengan jalan” dengan contoh dari KBBI sebagai berikut: “perselisihan itu akan diselesaikan secara damai”. Terpisah, di lain pihak, diartikan KBBI sebagai “tercerai; tidak menjadi satu, terasing”. Maka, arti secara terpisah jadi kacau, setidaknya dalam benak saya yang mesti memahami istilah-istilah ini dengan logika sebab tidak pernah “diindoktrinasi” sejak kecil. Adapun kemungkinan saya “menjadikan ayam dari satu bulu”, seperti kata orang Swedia, yakni memperbesar masalah yang sebenarnya mungkin bukan masalah sama sekali. Walaupun begitu, saya akan melanjutkan pembahasan singkat ini. Dengan arti-arti KBBI di atas, maka secara terpisah berarti ‘dengan cara tercerai’ atau ‘dengan jalan terasing’. Tidak mungkin hanya telinga saya yang geli sekarang.

Mari kita sakiskan beberapa contoh. Setelah Ahok ditahan, maka sejumlah orang ingin tahu apa saja yang beliau lakukan dalam penahanan itu. Pengacaranya, Rolas Sitinjak, mengatakan beliau menerima tamu dan baca buku, seperti diwartakan salah satu koran ibu kota. “Dihubungi secara terpisah”, koran tadi lanjutkan, pengacara lain mengatakan beliau juga banyak belajar ilmu agama. Kita semua mengerti maksudnya: pengacara A dihubungi dulu, kemudian pengacara B. Mereka berdua terpisah dalam waktu dan tempat, saya kira. Bukan cara menghubungi seseorang yang terjadi secara terpisah. Sejujurnya ini cukup jelas. Tidak mungkin kedua pengacara itu menyampaikan informasi mengenai kegiatan Ahok pada waktu dan tempat yang sama. Terlampau ramai, jadinya, walaupun terkadang tugas utama pengacara terkesan justru adalah membikin ramai.

Mengenai UN di Jawa Tengah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat mengatakan bahwa jumlah SMK yang melaksanakan UNBK hampir sampai seratus persen, seperti diberitakan koran Kompas ini belum lama ini. “Secara terpisah”, Kepala SMK 3 Semarang menyampaikan informasi mengenai genset mereka untuk mengantisipasi adanya padam listrik selama ujian. Lagi-lagi, yang memisahkan adalah waktu dan tempat, bukan caranya sesuatu disampaikan.

Menurut pemahaman saya yang barangkali terlampau dangkal, menghubungi dua orang secara terpisah atau membiarkan kedua orang itu menyampaikan pendapatnya secara terpisah merupakan keanehan bahasa. Bisa jadi saya benar, tapi bisa juga jadi saya salah paham.

Bagaimana pun juga, saya yakin sejumlah pembaca sekarang bertanya: apakah saya ada usulan yang lebih tepat? Jawaban saya sepertinya akan mengecewakan, karena mungkin saya tidak ada ide yang lebih baik. Yang ingin disampaikan dengan secara terpisah rupanya adalah di tempat dan waktu yang berbeda, tapi ini barangkali dinilai kurang menghemat kata yang kadang-kadang merupakan salah satu tugas utama seorang wartawan. Mungkin cukup dengan: “A mengatakan hal X, kemudian ketika B dihubungi di tempat lain, ia mengatakan hal Y”. Semoga bukan saya saja yang bingung.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *