Paké Kés apa Kad?

[Tulisan ini pertama kali dimuat di Harian Kompas pada tanggal 4 Desebmer 2004.]

BAYARNA paké kés apa kad? tanya pelayan hotel di Yogyakarta. Saya kebingungan. Kad, Visa-kad? Masih kebingungan. Istri saya yang arif menengahi, Pakai kartu, Mbak. Akhirnya saya juga menangkap maksudnya Bayarnya pakai tunai (cash) atau kartu (card)?

Tidak lama setelah kejadian memalukan itu, kami diberi voucher untuk menikmati welcome drink di dekat pool. Dan, tambah pelayan tadi itu, “Kamar kita ada river view-nya, lo.” Ia pun menjelaskan cara-cara check-out nanti dan sekalian minta melihat identity card saya.

Lain hari lain cerita. Istri mau mencuci muka di salon kecantikan. Eh, salah: istri mau facial di beauty salon. Di sampingnya ada yang sedang treatment, entah itu apa. Saya sendiri tidak ikut karena sibuk dengan buku Islam Liberal Zoly Qodir: “Gerakan civil society seakan-akan melakukan take over karena memang negara benar-benar tidak bisa lagi menjadi public service”, tulisnya (hlm 16). Aduh, pusing lagi. Meski begitu, saya tidak putus asa dan lantas diberi tahu bahwa “Islam […] harus lebih mengutamakan reason, ketimbang feeling dan fear” (hlm 33). Wah.

Minggu esoknya kami rental VCD dan belanja di shopping centre. Ada pun undangan pergi ke Jawa Timur dalam rangka refreshing. Di Blora ada grand opening di swalayan baru.

Saya benar-benar tidak berminat dan berniat menulis artikel ini sebelum pergi ke Indonesia beberapa bulan yang lalu. Saya sudah pernah menyinggung penggunaan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari di Indonesia dalam artikel-artikel lain dan sudah tidak tertarik membahas masalah ini lagi. Hanya saja, saya cukup terkejut melihat bagaimana beberapa kosakata Inggris dibiarkan merambat dengan liarnya di tengah-tengah kosakata Indonesia dan menyadari bahwa penggunaan bahasa Inggris selektif ini sudah meluas secara bermakna dalam waktu singkat satu tahun terakhir.

Sekarang ada-ada saja pembaca-termasuk para “pakar”- yang kebakaran jenggot: “Emangnya kenapa kalo kita-kita maké English? Kan sudah mengindonesia, right?” Pertanyaan serupa seolah-olah dijawab oleh dirinya sendiri.

Ada beberapa hal tidak mengenakkan yang disebabkan penggunaan kosakata Inggris dalam bahasa Indonesia tersebut. Pertama, bisa terjadi kesalahpahaman yang dikarenakan logat yang kurang jelas. Hasilnya dapat dilihat di atas (kés apa kad). Kedua, terjadi penggunaan yang secara tata bahasa tidak betul sebab tata bahasa Indonesia dan tata bahasa Inggris tidak bisa dicampur begitu saja. Perhatikan misalnya kalimat “Dia mau rental VCD” yang dapat ditafsirkan secara berbeda-beda. Apakah maksudnya “Dia mau menyewa VCD”? Atau “Dia mau membuka tempat penyewaan VCD”? Atau, mungkin “Dia mau menyewakan VCD-nya”? Tidak ada yang tahu sebab kata rental sudah terlepas dari arti bentuk aslinya.

Ketiga, kita tidak bisa yakin semua orang dari semua lapisan masyarakat dapat mengerti kosakata Inggris yang kita sendiri sudah hafal. Dengan demikian, kita tidak bisa yakin pelayan-pelayan di warung Padang yang biasa kita singgahi mengerti kalau kita mau order untuk take away. Keempat, dengan pemakaian beberapa kosakata Inggris terpilih, bisa dikatakan bahasa Indonesia telah dicemari dan malah dijajah oleh bahasa lain. Dan, sejujurnya, ini sama sekali tidak perlu sebab bahasa Indonesia sendiri mengenal kosakata lain yang bisa dipakai. Mengapa tidak bisa pakai yang berikut ini: tunai, kartu, minuman selamat datang, pemandangan sungai, pelunasan penginapan, kartu identitas, masyarakat madani, pengambilalihan, pelayanan rakyat, akal, perasaan, ketakutan, pusat perbelanjaan, dan seterusnya?

Mengapa beberapa kosakata Inggris begitu digemari di tanah Nusantara ini? Saya tidak tahu dengan pasti, tapi ada kesan saya yang mengatakan bahwa ada hubungannya dengan citra diri sebagian masyarakat yang sangat berkeinginan menampilkan diri sebagai insan terdidik serta serba “modern”. Ironisnya, justru pendidikanlah yang diharapkan bisa mengubah perkembangan muram ini.

André Möller, Mahasiswa S3 tentang Indonesia di Lund, Swedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *